Tidak lengkap dan pastinya bukan hanya ini, banyak dan banyak sekali. Maksudnya siang itu sekitar pukul 14.00WIB, hari kamis (26/1/20012) setelah pulang dari aksi turun jalan. Saya sampai di kos. Karena cape saya langsung mandi. Setelah menyentuh air yang segar, seluruh tubuhku segar kembali.
saya bersama dia, dia yang selalu berada disamping saya saat suka maupun duka membuka laptop yang sudah dilengkapi modem untuk online, yaa seperti biasa...untuk sekedar membaca info-info terkini.
Banyak situs yang kami berdua kunjungi. Tabloid jubi, detiksport, bintangpapua, suarapapua , dan juga blogspot dari teman-teman papua yang saya kenal, seperti penaku dan goresanku, umaginews, paschall blog, egedynews, paniai wuu, auki dan lain-lainnya.
dari semua ada satu berita yang saat itu membuat hati kami berdua terasa perih dan sangat sakit setelah membaca. Berita itu di muat di umaginews. Kata uma alias upeks, terlalu kejam dan sangat tidak manusiawi sekali mereka, bikin takut ungkapnya setelah selesai baca.
Kalau setiap hari lanjut dia kita dilakukan seperti ini terus, bisa-bisa kita habis. Saya hanya diam dan dengar apa yang dia ucapkan. Setelah dia selesai bicara saya memberi dia sebuah pertanyaan, pertanyaan ini pernah Bapak Theis Hiyo Eluay bertanya kepada anaknya Boy Eluay, kalau kamu melihat rakyatmu menangis ketika mereka dibunuh, disiksa, dipenjara apa yang kamu lakukan, diam saja atau ambil tindakan??? Dia diam, tidak memberi komentar satupun.
Tulisan dibawa sedikit banyaknya akan mengulas rentetan peristiwa mengenaskan dibumi cenderawasih. Berita tersebut saya kutib dari sudari umaginews, sebelum sudara membaca tulisan dibawa, saya ingin mengatakan kepada sudara-sudara yang berasal dari indonesia, perlakuan kalian Sadis dan sangat bejat, namun ada pepatah mengatakan Mati Satu Tumbuh Seribuh. Kami anak Bangsa Papua Barat tidak akan pernah menyerah, pasrah, dan putus asa.
kami akan lawan, lawan, dan lawan ingat itu hai Indonesia, bangsa pemakan manusia. Anjiiiing terkutuklah engkau dibumi maupun disurga, selamat membaca.
kami akan lawan, lawan, dan lawan ingat itu hai Indonesia, bangsa pemakan manusia. Anjiiiing terkutuklah engkau dibumi maupun disurga, selamat membaca.
Cerita tentang korban kekerasan aparat keamanan terhadap warga sipil di negara ini cukup banyak. Bahkan tak terhitung jumlahnya dan tak terdata dengan baik. Setiap daerah di Indonesia pasti ada cerita penyiksaan aparat keamanan yang sungguh tidak manusiawi.
Aparat keamanan yang katanya pengayom dan pelindung rakyat, justru menjadi penyiksa, pemerkosa dan pembunuh rakyat. Militer bukan lagi Tentara Rakyat. Dari sisi militer, dwi fungsi ABRI hanya memberikan legitimasi kepada TNI untuk berpolitik dan menjarah seluruh ruang-ruang kehidupan sipil.
Selain itu, akibat dari dwifungsi itu melahirkan penderitaan dan kesengsaraan bagi rakyat. Kita kenal banyak orang mati dibantai dalam peristiwa G30-S/PKI, Aceh, Tanjung Priok, Lampung, Maluku Pencaplokan Timor-Timur dan Papua Barat. Banyak orang telah menjadi korban penculikan, penyiksaan, penghilangan paksa, pemenjaraan, dan juga perempuan-perempuan menjadi korban perkosaan.
Para petani digusur tanahnya dan mereka mengalami ancaman teror dan intimidasi oleh aparat keamanan. Sejarah kekerasan aparat keamanan khususnya terhadap rakyat Papua Barat telah dimulai sejak Papua Barat diintegrasikan secara paksa ke dalam Indonesia Pada Tahun 1963.
Sekitar pada tahun 2000, ELS-HAM Papua melaporkan korban kekerasan aparat keamanan di sebagai wilayah di Papua Barat. Kabupaten Paniai antara tahun (1968-1998) tercatat meninggal 614 orang, hilang 13, diperkosa 94. Kabupaten Biak (1962-1972 dan 1998) meninggal 102, hilang 3, dianiaya 37, ditahan 150. Kabupaten Wamena (1977), Kecamatan Kelila 201 orang tewas, Kecamatan Asologaima 126 orang tewas, Kecematan Wosi 148 orang tewas. Kabupaten Sorong (1965-1999) meninggal 60 orang, hilang 5 orang, diperkosa 7 orang. dan Kabupaten Jayawijaya (1996-1998) meninggal 137 orang, hilang 2 orang, diperkosa 10 orang, diniaya 3 orang, di bakar 13 gereja, 13 kampung, 166 rumah dan 29 rumah bujang serta kabupaten lainnya masih belum terdata dengan baik.
Data lain menyebutkan bahwa pada tahun 1969 seorang kepala sekolah perempuan di Sarmi bernama Ester Yanteo ditelanjangani serta di alat kemaluannya dibakar dengan api rokok. Jemburwo, aparat keamanan memerkosa para wanita. Aparat keamanan memasukan pasir ke dalam alat kemaluan para perempuan serta dimasukan ke dalam karung dan kemudian di ceburkan kedalam laut.
Tahun 1968, 162 orang penduduk Arfak tewas di bunuh aparat keamanan , 28 penggunsi yang sedang berusaha kembali dibunuh oleh aparat keamanan. Tahun 1970 sebelum perlakuan buruk terhadap 80 wanita dan anak-ank terjadi seorang wanita yang sedang hamil bernama, Maria Bonspia, di tembak mati oleh aparat keamanan dan bayinya dikeluarkan dari perutnya dan dipotong.
Saudara perempuan wanita itu diperkosa dan dibunuh oleh sekelompok aparat keamanan Indonesia. Rakyat Papua selanjutnya mendengar tentang adanya pembantaian 500 penduduk desa di daerah Lereh.
Pada tahun 1970, sejumlah pemimpin desa ditangkap dan dimasukan dalam helihkopter. Mereka belum pernah naik pesawat dan sangat ketakutan. Helicopter-helikopter tersebut lepas landas dan terbang melintasi perbukitan setempat dan mereka dibuang dari ketinggian 300 meter hingga mati tulang belulang.
Pada tahun 1977, pihak aparat keamanan Indonesia menindas secara keras setiap bentuk perlawanan masyarakat. Seorang wartawam Australia ketika memasuki suatu daerah diberitahu oleh seorang pegawai pemerintah bahwa 900 warga yang melawan telah di bunuh oleh aparat keamanan.
KOMPAS sebuah harian terkemuka di Jakarta, memberitakan bahwa sungai Baliem dipenuhi oleh jasat manusia. Pada tahun 1981, 30.000 lebih orang di bunuh di tanah Papua. Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) Theys Hiyo Eluay hari Sabtu, 10 November 2001 diculik.
Esok harinya, ia ditemukan telah tewas di Koya tengah, Kecamatan Muara Tami, Kabupaten Jayapura. Jenazah Theys ditemukan tertelungkup di jok mobil Toyota Kijang dengan wajah babak belur dan luka di pelipis, dahi, dan leher (2001).
Data-data kekerasan aparat keamanan Indonesia (2000-2006) belum terdata dengan baik. Hingga pada kasus penembakan aparat militer dan kepolisian terhadap penambangan emas tradisional di sekitar areal PT Freeport Indonesia.
Pada Kamis, 24 Mei 2007 pukul 17.00 waktu Papua Barat, Empat orang tertembak mati adalah (1) Daro Tabuni, (2) Head Tinal, (3) Stefanus Songgonau, dan (4) Anton Jikwa. Sementara itu, tiga orang yang masuk rumah sakit belum teridentifikasi identitasnya.
Wamena Kasus penembakan terhadap Opinus Tabuni 9 Agustus 2008. Jayapura kasus Penembakan Mahasiswa Menjelang Pemilu 2009 Erik Logo (paha dan bagian perut/meninggal dunia, F. Mabel (meninggal dunia).
Video kekerasan Penyiksaan Warga Sipil Puncak Jaya rekaman situs Youtube adalah aknum Anggota Tentara (22/10) Jakarta (voa-islam.com) korban tersebut sudah meninggal Komnas Ham di Papua (12/10).
Kabupaten Dogiyai (13 April 2011) Polisi mengeluarkan tembakan yang ditujuakan kepada rakyat sipil hasil dua warga sipil masing-masing Dominikus Auwe (27) dan Aloysius Waine (25) tewas terkena proyektil.
Dan akibat tindakan brutal aparat kepolisian tersebut, menelan korban seorang buruh yang tertembak dibagian dada kirinya hingga meninggal dan melukai 2 orang buruh yang terkena peluru karet di bagian punggung serta 2 orang lainnya terluka dibagian kepala akibat pukulan, serta korban lainnya yang juga mengalami luka.
Jayapura penembakan brutal Konggres Papua III 19 Oktober Korban tewas: 1.James Gobay (25), 2. Yosaphat Yogi (28). 3.Daniel Kadepa (25). 4. Maxsasa Yewi (35). 5.Yacob Samonsabra (53). 6.Pilatus Wetipo (40). Korban luka : 1.Ana Adi (40). 2.Miler Hubi (22). 3.Matias Maidepa ( 25).
Diperkirakan sekitar 380 orang ditangkap (360 orang berdasarkan pengakuan Kapolresta kepada tim Kontra pada 25 Oktober). Penangkapan dilakukan oleh anggota polisi didalam lapangan sepak bola Zakeus Jayapura Papua (2011).
Posting Komentar