Posted: 04 Feb 2013 09:39 AM PST
Benny Wenda
Benny Wenda, kepada Badan Pengurus Pusat KNPB siang ini (3/2) mengatakan bahwa dirinya saat ini bersama-sama dengan Oktovianus Mote, diplomat Papua Merdeka di Amerika Serikat dan telah menjadwalkan pertemuan dengan beberapa kongresman Amerika Serikat. “Ini adalah perang diplomasih terbuka dengan Indonesia, oleh karena itu kami akan menggunakan cara-cara yang resmi dalam melakukan diplomasi internasional bagi kemerdekaan West Papua”, tutur Benny Wenda. Semalam (1/2) waktu New York, Benny Wenda telah lakukan pertemuan dengan Bill Perkins. Selain itu, Benny Wenda juga telah bertemu dengan para pendukung Papua Merdeka dan aktivis lain seperti seperti Herman Wainggai untuk menyatukan isu dan agenda perjuangan West Papua. Pada tanggal 6 Februari, Benny Wenda akan berbicara tentang situasi West Papua di New York, bersama-sama dengan politisi dan NGO internasional. Perjalanan diplomasi ini akan berlanjut ke New Zealand, Australia, Vanuatu dan Port Moresby.
Pertemuan dengan Senator Bill Perkins (dok)
|
Posted: 04 Feb 2013 09:36 AM PST
An analyst says the Melanesian Spearhead Group is likely to accept West Papua as a member of the sub-regional organisation.
The comment from Ben Bohane, the communications director of the
Pacific Institute of Public Policy, comes after the West Papua National
Coalition for Independence formally submitted a membership application.
MSG backing for Papua has waned in recent years and two years ago,
Indonesia was given MSG observer status despite strong objections by
West Papuans.
However Ben Bohane says that support for emerging independent territories is strong in Melanesia.
“And the MSG will likely take them on board. And that will set up the Melanesian countries on some sort of - I won’t say collision path but it will certainly test its relations with Indonesia. If West Papua is admitted to the family as an observer, then it’s on a process to becoming a full member and then as a full member its position within the MSG would be considerably stronger than Indonesia’s.”
Ben Bohane
News Content © Radio New Zealand International
|
Posted: 04 Feb 2013 06:05 AM PST
Press Realisse:
Matius Murib, Pembela HAM, Direktur Baptis Voice Papua
Pembela
HAM di tanah Papua sangat protes dan menolak pernyataan pada buku baru
oleh Jared Diamond tentang orang pribumi dengan judul bukunya; “The
World Until Yesterday, What we can learn from traditional societies,”
(“Dunia Sampai Kemarin, Apa yang kita bisa belajar dari masyarakat
adat”).
Buku ini menyebarkan prasangka rasis tentang orang Papua, dan penulis buku ini akan sampai di Inggris hari ini tangal 30 Januari 2013. Dan pada tanggal 05 Februari 2013 dia akan berpidato di London-Inggris dan publik di Eropa dan dunia akan menikmati informasi yang sangat sepihak. Penulis buku ini seharusnya berpandangan positif tentang orang pribumi; oleh karena sih penulis sampaikan bahwa kita bisa belajar dari masyarakat adat. Namun, ada sejumlah masalah besar dengan buku ini yang penulis sampaikan pesan yang berbahaya dan merendahkan; antara lain: 1. Terkesan bahwa seolah-olah orang pribumi di Papua masih mewujudkan hidup mereka pada hidup ribuan tahun yang lalu. Ini tidak benar dan memperkuatkan ide yang rasis bahwa orang pribumi adalah ‘terbelakang,’ ‘hidup dalam masa lalu,’ atau bahkan ‘zaman batu.’
2. Terkesan bahwa perang suku dan kekerasan, yang
difokuskan terhadap orang dari suku Dani pada tahun1960-an. Penulis
merincikan perang suku Dani sebagai ‘perang kronis.’ Dia bilang bahwa
‘Orang Dani berperang setiap bulan selama setiap tahun.’ Kesan untuk
sih pembaca adalah bahwa orang pribumi dari suku Dani ini adalah keras
dan buas, menguatkan prasangka yang sering dipakai untuk merugikan orang
pribumi.
3. Jared Diamond, penulis buku ini, juga berpendapat
bahwa orang pribumi sudah mendapat manfaat dari penguasa Negara dalam
kehidupan mereka karena penguasaan ini sudah menghentikan perang suku.
Dia menulis: “Orang Nugini menghargai manfaat dari perdamaian yang
dijamin oleh penguasaan Negara, yang mereka tidak bisa mencapai
sendiri.” Dia juga menulis bahwa “kebanyakan masyarakat skala-kecil
menjadi terjebak dalam siklus kekerasan dan perang. Pemerintah Negara
memberikan pelayanan luar biasa dalam memutus siklus-siklus ini oleh
kedatangan mereka sebagai pemonopolian kuasa.”
4. Yang kami
memprotes Jared Diamond adalah karena penulis buku ini sama sekali
tidak menyebutkan kebrutalan prajurit atau militer Indonesia dalam aksi
pembunuhan, pemerkosaan dan pengusiran orang Papua Barat.
5. Buku
ini terkesan sangat tidak berimbang dan obyektif dengan realitas di
tanah Papua sampai hari ini; dari penulisan seperti ini, kami menduga
penulis adalah agent atau kaki-tangan penguasa untuk melemahkan posisi
dan eksistensi kehidupan masyarakat pribumi dan suku-suku asli di tanah
Papua.
6. Penulis buku dan penguasa harus berhenti dan stop
memberikan stigmanisasi yang merendahkan martabat dan harkat masyarakat
pribumi, seperti suku Dani dan 200-an lebih suku-suku asli di tanah
Papua.
7. Penulis buku ini, Penguasa dan semua pihak harus tahu
bahwa sejak tahun 1960-an hingga hari ini, 30 Januari 2013 yang dominan
menggunakan cara-cara dan pendekatan kekerasan dan dengan cara sangat
brutal adalah militer Indonesia, yang dikenal institusi yang bernama TNI
dan Polri bukan masyarakat pribumi yang adalah orang asli Papua.
Salam damai untuk semua dari tanah yang dikenal situs kekerasan dan wilayah konflik Papua Barat.
Kontak Person:
Matius Murib, Koordinator Pembela HAM dan
Direktur Baptis Voice di tanah Papua
Jalan Pipa Air Uncen Atas, Abepura, Jayapura, Papua Barat
Mobile: 08124892975, email: matiusmurib@yahoo.com, BB: 2A97B47C |
Benny Wenda Tiba Di AS, Besok Ketemu Senator AS
Written By Unknown on Jumat, 08 November 2013 | Jumat, November 08, 2013
Label:berita, info, liputan
Free West Papua,
Internasional
Posting Komentar