Ibadah di Makam Theys Aman
JAYAPURA –Adanya harapan agar ibadah syukur Perayaan HUT 50 Tahun Emas Kemerdekaan Bangsa Federal Papua tahun 2011, tidak dinodai dengan tindakan anarkis, terbukti. Acaranya yang bertemakan, “Tuhan Pulikan Papua Bagi Perdamaian Dunia” yang dipusatkan di lapangan Makam Theys H. Eluay di Sentani (1/12) berlangsung aman dan tertib. Yang menarik salama acara berlangsung lapangan tempat kegiatan sempat dipenuhi Bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dalam acara perayaan ini diisi dengan ibadah syukur, kemudian disusul penyampaian pidato politik tertulis oleh Forkorus Yaboisembut S.Pd yang dibacakan Markus Haluk. Selain itu juga ada penyampaian pandangan politik dari beberapa unsure lainnya, yaitu unsur perempuan, adat, TPN/OPM, dan unsure Pemuda. Sedangkan massa yang hadir diperkirakan 500 orang.
Pidato Forkorus yang terpilih sebagai ‘Presiden Negara Republik Federal Papua Barat’ pada Kongres Rakyat Papua III mengatakan, “hari ini Kamis 1 Desember 2011 genap bangsa Papua berusian 50 tahun yang merupakan tahun emas, pernyataan kemerdekaan Bangsa Papua barat, yang mana para pendahulu kita pada tahun 1961 telah memproklamasikan atau telah menyatakan melalui manistor politik, bahwa bangsa kita adalah Bangsa Papua, tanah kita adalah tana Papua, benderah kita adalah bintang kejora, bahasa kita adalah bahasa melayu, lagu kebangsaan kita adalah haiku Tanahku Papua dan lambang Negara kita adalah Burung Mabruk, serta mata uang kita adalah goltden, harus dipertahankan, karena itu adalah amanat tertinggi dalam kongres yang ditetapkan pada kongres III di lapangan sakheus Abepura”, katanya. Lebi lanjut kata Tuan Markus, “untuk meredam kemerdekaan Papua Barat Indonesia menawarkann otonomi khusus, namun warga Papua tidak membutukan pembangunan atau tawaran apapun selain memintah pengakuan dari negara Indonesia kepada negara republic federal Papua Barat, karena bentuk tawaran apapun yang diberikan oleh Indonesia ujung-ujungnya membunuh rakyat Papua secara sistematis”,katanya.
Sementara itu unsure perempuan mama Abina Wosenggai yang menyampaikan pidato politiknya mengatakan “kami ibu-ibu atau perempuan yang melahirkan anak-anak sedang berjuang sampai sekarang sudah selesai, untuk itu dalam menuju memintah pengakuan dari berbagai Negara, lebih khusus kepada pemerintah Indonesia kami siap mati”. Lanjutan perjuangan sisa ini kita tidak bica-bicara tetapi harus bekerja karena barang sudah ditangan” ujarnya.
Sedangkan unsur TPN/OPM Eliaser Awom Juga mengatakan hal yang sama, menurutnya atas nama TPN OPM yang akhir-akhir ini mereka katakan menolak Haril Kongres Papua III itu hanya beberapa orang dan itupun perlu dipertanyakan, apaka TPN/OPM betul atau piaraan Indonesia. “Kami puluhan tahun berjuang ini amanat tertinggi kami paham bahwa ada di kongres yang telah dihasilkan bersama, untuk itu sekarang mari kita bersatu untuk bekerja,”katanya.
Selain itu berturut-turut pidato politik disampaikan oleh unsur adat dan pemuda serta pidato politik presiden Negara Federal Bangsa Papua Barat secara tertulis disampaikan Tuan Markus Haluk yang intinya sama bahwa sesudah masuk dengan tebusan yang mahal ini mengajak untuk warga Negara Federal Papua Barat bersatu untuk memintah Negara-negara termasuk perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk mengakuinya Negara Federal Papua Barat dan mendaftarkan sebagai anggota perserikatan bangsa-bangsa (PBB).
Awalnya, acara tersebut sesuai undangan melalui seruan dimulai jam 8.00, namun molor dan baru dimulai pukul 12.00 sampai pukul 14.00, dengan suasana damai dan juga saat kegiatan berlangsung di lapangan sempat dipenuhi Bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kemudian massa yang menghadiri acara ini membubarkan diri dengan teratur. (CR 31/don)/l03
Posting Komentar